Halusinasi
Muhammad
diambil dari buku
Unmasking Muhammad : The Malign Narcissist and His Grand Delusion Allah
bab 2 : Muhammad's Hallucinations
bab 2 : Muhammad's Hallucinations
“Tidak ada yang kebenaran yang benar-benar
indah”
- Michael Faraday (1791 - 1867)
“[Namun]
kita juga tahu betapa kejamnya kebenaran itu,
dan kita bertanya-tanya apakah delusi tidak lebih menghibur."
- Henri Poincare (1854 - 1912)
Misteri Gua Hira
Karena
suatu alasan yang tidak diketahui, Muhammad suka mengasingkan diri di sebuah
gua di Hira. Tabari (VI: 67) mencatat bahwa kesepian menjadi kesayangan bagi Muhammad
dan ia terbiasa mengasingkan diri di gua di mana ia akan asik dalam praktek Tahannuth
(ritual keagamaan pagan yang dilakukan di bulan Ramadhan dimana puasa adalah
bagian darinya) dan berdoa selama beberapa malam sebelum kembali ke Khadijah
dan mendapatkan perbekalan untuk jangka waktu seperti.
Jenis
perilaku seperti Muhammad ini tidaklah normal. Lagi pula ia sudah berkeluarga.
Istirnya seorang yang kaya. Dia bisa saja melakukan pengasingan diri di
rumahnya untuk melakukan ritual keagamaan seperti banyak orang Mekkah lainnya
lakukan. Jika Allah itu ada dimana-mana, lalu kenapa privasi sebuah gua itu
begitu penting? Ia tidaklah begitu saleh sampai saat dimana ia dikunjungi
malaikat Jibril di dalam gua. Apakah ritual keagamaan ini hanyalah alasan
belaka?
Gua
Hira tidak lebih dari 3,5 meter panjangnya dan 1,5 meter lebarnya (Sina, 2008,
p.154). Ini berarti seukuran toilet kecil. Apa yang Muhammad biasa lakukan di tempat
sekecil ini? Karena ia menyukai kesepian, maka jelas bahwa ia terbiasa menutup
pintu masuk kecil ke gua ini. Beberapa siang dan malam dengan pemikiran yang
dalam dan sia-sia, tidak memiliki makanan dan minuman yang memadai, kekurangan
oksigen di dalam gua, kelelahan mental - apakah semua hal ini yang menyebabkan
halusinasi? Apakah ini tahap awal kegilaannya? Ini adalah kemungkinan tidak
bisa kita abaikan.
Pikiran Bawah
Sadar Yang Aneh
Tidaklah
diragukan bahwa Muhammad memang tulus dalam klaimnya. Dia memiliki keyakinan
agama yang mendalam dan tidak dibuat-buat, yang membuktikan ketulusannya. Sebagaimana
Toynbee (1935. P. 468) menuliskan:
“Muhammad benar-benar berpikir bahwa ia
mengorbankan prospek duniawinya. Dia tidak
menduga bahwa ia berada di jalan untuk meraup keuntungan duniawi.”
Tapi
ketulusan bukanlah bukti. Beberapa orang mungkin dengan tulus percaya akan keberadaan
hantu, sedangkan yang lain mungkin dengan tulus tidak mempercayainya. Jika
ketulusan seseorang dapat dijadikan sebagai bukti, maka ketulusan siapa yang
harus diperhitungkan?
Muhammad
bukanlah manusia pertama yang mengaku menerima pesan dari Tuhan. Sepanjang
sejarah umat manusia ada ratusan ribu orang yang menyatakan diri sebagai juru
bicara Sang Ilahi. Bahkan saat ini, di rumah sakit jiwa dan dalam aliran kultus
tertentu, kita dapat menemukan banyak
orang orang-orang aneh dengan gangguan mental yang juga percaya dirinya sebagai
penerima pesan reguler dari suatu sumber
Ilahi yang tidak diketahui. Mereka tulus dalam deklarasi mereka, dan mereka
'jujur' dalam klaim mereka. Seringkali
orang-orang demikian berhasil membuat orang lain percaya pada klaim mereka.
Banyak dari mereka menempatkan diri sebagai pemimpin sekte, dihormati oleh
sekelompok pengikut sebagai wahana langsung ‘saluran telepon’ pengikutnya kepada Sang Ilahi atau dunia roh.
Pola
pikir manusia memang aneh. Jika kita masuk lebih jauh ke dalam buku-buku teks psikologi,
kita akan menemukan ratusan kasus orang-orang begitu percaya diri secara
sempurna yang dalam keadaan halusinasi mereka mendengar hal-hal tertentu dan
melihat pemandangan-pemandangan tertentu. Seringkali mereka tidak setuju bahwa
ini adalah halusinasi dan cukup yakin mengklaim bahwa mereka tidak pernah
melihat atau mendengar sebelumnya. Tetapi sebuah penelitian objektif kasus-kasus
mereka menunjukkan bahwa fenomena ini adalah asosiasi segar yang diproduksi
oleh alam bawah sadar yang tengah bekerja pada hal-hal yang telah mereka lihat
atau dengar tapi mereka lupakan.
Sagan
(1997, hal. 131) memiliki pandangan yang sama saat ia menulis,
"Potongan-potongan bahasa lagu
atau asing, gambar, peristiwa yang kita saksikan, cerita yang kita perna dengar
di masa kecil dapat secara akurat diingat beberapa dekade kemudian tanpa memori
sadar tentang bagaimana mereka masuk ke dalam kepala kita".
Sebelum
kita melangkah lebih jauh, kita akan membahas sedikit tentang pikiran sadar dan
pikiran bawah sadar. Kita tahu sesuatu tentang pikiran sadar kita, karena kita
dapat membuat asumsi tertentu tentang kesadaran kita. Kesadaran adalah fakta akan
kewaspadaan apa yang kita pikirkan, rasakan, dan lakukan. Tindakan sadar
kadang-kadang disebut sebagai pikiran sadar. Pikiran sadar hanya mewakili 10
persen dari total kapasitas otak manusia. Ia tertidur ketika orang tidur, namun
lebih logis dan terfokuskan dalam hal aktivitas di sisi kiri otak untuk
sebagian besar manusia.
Demikian
pula, tindakan tertentu dilakukan tanpa kesadaran. Mereka muncul dari pikiran
bawah sadar. Pikiran bawah sadar merupakan 90 persen dari total kapasitas otak
manusia. Hal ini difokuskan pada sisi kanan otak. Pikiran bawah sadar adalah
jumlah total dari pengalaman masa lalu kita. Apa yang kita rasakan, pikirkan,
atau lakukan membentuk dasar-dasar pengalaman kita. Pengalaman ini disimpan
dalam bentuk kesan-kesan halus dalam pikiran bawah sadar kita. Beberapa ilmuwan
mengatakan bahwa pikiran bawah sadar menyimpan semua pengalaman yang memungkinkan.
Pikiran bawah sadar terjaga ketika kita tidur. Kesan-kesan ini sering
berinteraksi atau bercampur satu dengan yang lain dan memberikan tampakan yang
aneh. Ketika mendapat kesempatan kontak dengan faktor-faktor eksternal
tertentu, dan kondisi yang diperlukan
terpenuhi, dan kesan-kesan halus ini muncul ke permukaan dalam bentuk manifestasi
mereka. Seringkali kesan yang dihasilkan ini begitu aneh sehingga orang itu
sendiri tidak dapat mengenalinya dan kemudian ia berpikir bahwa kesan itu dihasilkan
dari sumber eksternal. Sebagaimana Tomkins (1995, hlm. 55) menyebutnya “Ada banyak cara untuk ‘mengetahui’ apapun.”
Kenangan-kenangan palsu begitu kuat sehingga mereka seringkali menggantikan
realitas.
Kejeniusan
pikiran bawah sadar telah mempesona para penyair, filsuf, psikolog dll. Menurut
Tallis (2002, hal. 5), para intelektual kuno sepenuhnya menerima keberadaan
pikiran bawah sadar tetapi mereka tidak memiliki penjelasan logis untuk ini.
Namun, psikolog modern telah menemukan bahwa cara kerja aneh pikiran bawah
sadar sama sekali tidak supranatural atau Ilahi seperti yang dianggap
sebelumnya, melainkan murni alami dan duniawi. Adalah Sigmund Freud,
yang untuk pertama kalinya membantah basis-basis pikiran bawah sadar sebagai
sesuatu yang bersifat supranatural,dan karenanya karyanya cukup asli (Talvitie,
2006, hal. 34). Zarctsky (2004, hlm 15-40) juga mencatat bahwa ide Freud pada alam
bawah sadar berbeda dengan sebagian besar dari orang-orang sezamannya. Freud
juga menciptakan sistem yang konsisten, melalui mana tindakan manusia dapat
ditafsirkan lewat tujuan dan kenangan bawah sadar dan dengan bantuan ini
gangguan-gangguan psikis dapat diobati.
Singkatnya,
Freud mengajukan gagasan bahwa gangguan-gangguan psikis berhubungan dengan
pikiran bawah sadar. Dostoevsky melukiskan misteri alam bawah sadar dalam
novel-novelnya (Talvitie, 2006, hal. 32) dan dalam puisi Homer, bahwa alam
bawah sadar muncul sebagai mekanisme internal yang menerima “hasrat-hasrat Allah/Tuhan”
(Claxton, 2004, hal. 61). Dan fenomena ini adalah hal yang normal. Ketika orang
bingung tidak dapat menemukan penjelasan logis, seringkali pikiran akan Tuhan, Allah,
ketuhanan, spiritualitas, surga, neraka, akhir jaman, misi Ilahi dll datang ke
pikirannya. Dengan serampangan ia mungkin menganggapnya sebagai tanda semacam
'pencerahan'. Di atas semuanya ini, jika orang itu buta huruf dan takhayul,
kemungkinannya bisa lebih lagi bahwa ia akan menipu dirinya sendiri lebih
mudah. Rasa percaya yang tinggi akan dirinya 'yang telah tercerahkan' dapat
membuat orang suci atau sesosok monster (seperti dalam kasus Muhammad dan
banyak pemimpin kultus serupa).
Itulah
yang terjadi dengan Muhammad. Pikiran bawah sadarnya telah memainkan trik pada
dirinya. Karena buta huruf dan takhayul, ia tidak bisa menemukan penjelasan
yang logis. Pengalaman pertama Muhammad dengan Jibril anehnya sangat mirip
dengan pengalaman salah satu teman dekatnya Hassan Bin Tsabit. Hassan datang
untuk menulis puisi di bawah pengaruh jin perempuan. Macdonald (mengutip
Zwemer, 1908, hlm 126-7) menulis,
“Dia (jin perempuan itu) bertemu
dengannya di salah satu jalan Madinah, melompat menabraknya, menjatuhkannya dan
memaksanya untuk mengucapkan tiga ayat puisi. Setelah itu ia menjadi seorang
penyair, dan ayat-ayat datang kepadanya ... lewat inspirasi langsung dari jin. Dia merujuk
dirinya sebagai 'saudara jin' yang menenun untuknya kata-kata puitis, dan
menceritakan bagaimana banyak ayat telah diturunkan kepadanya dari sorga”.
Ada
suatu paralel yang luar biasa antara istilah yang digunakan dalam kisah
pertemuan Hassan dengan Jin perempuan dengan kisah wahyu pertama Muhammad.
Ekspresi yang Hassan gunakan juga persis dengan yang digunakan dalam kisah
diturunkannya wahyu Al-Qur'an. Apakah pikiran sakit dari Muhammad memainkan
trik atasnya dengan mengambil kisah Hassan tersebut kemudian pikiran bawah sadarnya
memunculkan gambaran yang serupa kepada Muhammad?
Muhammad
sendiri, Khadijah istrinya, dan pengikut awal Muhammad mengira halusinasi
Muhammad sebagai pengalaman spiritual. Kita tidak bisa menyalahkan orang-orang
Arab abad ketujuh untuk kesalahan mereka. Pada jaman itu kekeliruan tersebut
dianggap kewajaran (karena cara
bagaimana mereka memahami pengalaman psikologis sangat terbatas oleh
pengetahuan mereka yang masih bersifat infansi)
Tapi
jaman sekarang, jamannya ilmu pengetahuan, kita tentu dapat mengetahui sifat
sejati dari “pencerahan” Muhammad. Freud seorang ateis garis keras (Gay, 1987.
Hal. 37). Ini adalah salah satu alasan; pandangannya tentang pikiran bawah sadar
pasti tidak memasukkan agenda keagamaan apapun dan mendasarkan teorinya
sepenuhnya pada filsafat ilmu. Sayangnya, ini bukan kasus yang terjadi pada para
pengikut awal Muhammad.
Sebuah
Penjelasan Logis Tentang Pengalaman Mistik Muhammad
“Seberapa sering saya katakan kepada Anda
bahwa ketika Anda menghilangkan ketidakmungkinan, apa pun yang tersisa, bagaimanapun tidak
mungkinnya;
pastilah suatu kebenaran?"
--- Sherlock Holmes di Sir Arthur Conan
Doyle 'The Sign of Four'
Tidak
diragukan lagi, pengalaman pertama Muhammad dengan Jibril hanyalah entah itu
karangan belaka atau suatu halusinasi. Hadis yang telah mengisahkan pengalaman
pertama Muhammad dengan Jibril di sebuah
gua secara logis tidak mungkin benar. Setiap pembaca yang masuk akal akan
menemukan cacat dalam klaim Muhammad tersebut.
Bukhari
mencatat,
“Diriwayatkan oleh Aisha: Kebenaran turun kepadanya saat ia berada di gua Hira. Malaikat itu
datang kepadanya dan memintanya untuk membaca. Nabi menjawab, "Aku tidak tahu bagaimana membaca. Nabi menambahkan,
‘ Malaikat memegangiku (dengan paksa) dan menekanku begitu keras sampai aku tidak tahan lagi. Ia kemudian membebaskanku dan
sekali lagi memintaku untuk membaca danaku menjawab,’ Aku tidak tahu bagaimana membaca’.
Kemudian dia menangkapku lagi dan menekanku untuk kedua kalinya sampai aku
tidak tahan lagi. Ia kemudian membebaskanku dan sekali lagi memintaku untuk
membaca tapi sekali lagi aku menjawab, ‘Aku tidak tahu bagaimana membaca (atau apa yang
harus aku baca)?’ Kemudian dia menangkapku
untuk ketiga kalinya dan menekanku, dan
kemudian membebaskanku dan berkata, ’Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah
menciptakan (semua yang ada) dan telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah! Dan Tuhanmu Maha Pemurah "(Q: 96,1,
96,2, 96,3). Kemudian Rasul Allah kembali dengan inspirasi itu dan dengan hati yang
berdebar-debar kencang.”(Bukhari: 1.1.3).
Sekarang
pertanyaan yang paling mendesak adalah;
1.
Malaikat itu tidak memperkenalkan dirinya sebagai Jibril. Lalu bagaimana
Muhammad tahu bahwa itu benar-benar Jibril ?
2.
Mengapa Jibril tidak tahu bahwa,
Muhammad buta huruf?
3.
Mengapa Allah tidak memberitahunya? Apakah Allah lupa, apakah mungkin bagi
Allah untuk lupa?
4.
Bagaimana Jibril bisa berulangkali
begitu agresif kepada Muhammad, utusan yang disayangi Allah? Hal ini tercatat
dalam Al Qur'an (33.56) bahwa Muhammad begitu dekat dengan Allah, bahkan Allah
menghujani Muhammad dengan pujian (bershalawat) dan para malaikat memberi
hormat kepadanya.
Tidak
ada saksi mata dari kejadian di atas. Kemudian beberapa kali Jibril mengunjungi
Muhammad, tapi tidak ada lagi yang pernah melihat makhluk supranatural ini.
Bahkan Muhammad tidak bisa memberikan bukti tunggal keberadaan Allahnya dan sang Jibril . Jika Jibril ada, setidaknya seseorang akan melihat dia
atau mendengar dia. Pengalaman nyata dapat dibagi oleh orang lain tetapi tidak
pengalaman halusinasi atau “kisah pengalaman” yang dikarang-karang.
Tapi
keberuntungan berpihak pada Muhammad dan setidaknya beberapa orang di
sekelilingnya tidak bisa melihat kesalahan dari ceritanya dan menerimanya sebagai
seorang nabi dan Muhammad memulai bisnis Ilahinya, yakni Islam. Penglihatan di
gua Hira ditafsirkan berbeda oleh para kritikus yang berbeda. Beberapa percaya bahwa
adalah Setan sendiri yang mengunjungi Muhammad dengan berkedok Jibril. Namun
dengan mengesampingkan asumsi yang didasarkan pada takhayul, maka mungkin bahwa
penglihatan itu sendiri adalah suatu perintah yang berasal dari alam bawah
sadar Muhammad sendiri, sebagaimana Walker (2002, hal 97.) mengajukan
argumennya: mungkin alam bawah sadar Muhammad sendiri yang memerintahkan dia
untuk membaca dan mempelajari buku-buku Yahudi dan Kristen, kemudian ia
menyuruh para juru tulisnya untuk
menulis kebenaran akan dispensasi Allah dalam kitab suci mereka, yang mana saat
itu bangsa Arab kurang miliki.
Ada
hal lain yang layak disebut. Wahyu pertama yang diterima Muhammad di gua Hira
adalah representasi dari tradisi pewahyuan Semitik kuno (Shaikh, 1995, hal. 4).
Musa adalah penengah antara Sang Ilah dan manusia, dan dikisahkan bahwa pada
saat kejadian itu semak-semak menyala namun tidak hangus terbakar (Keluaran:
3,2). Musa yang cerdas menyadari bahwa itu adalah kejadian yang luar biasa
sedang terjadi karena kuasa dari Allahnya Abraham, Ishak dan Yakub. Musa tidak lupa untuk memberitahu orang-orang
bahwa ia tidak ingin menjadi pemimpin mereka tapi bertindak di bawah paksaan.
Musa mengatakan kepada Allah bahwa ia tidak bersedia menjadi pemimpin utusan
dari sang Ilahi karena ia gagap tidak fasih
lidah (Keluaran: 4.10). Namun ia setuju untuk membawa amanat otoritas itu karena
sikapnya membuat Sang Ilah. Jadi Musa tidak punya pilihan selain untuk menjadi
wakil Allah di bumi dan mengumumkan bahwa Allah telah mengutus dia kepada
umat-Nya. Lewat cara inilah ia pertama kali bertemu dengan Allah bagi umatnya
dan kemudian menunjuk dirinya sebagai utusan Allah untuk menegakkan perintah
tertentu dalam nama Allahnya.
Sekarang
mari kita mengkaji ulang pengalaman mistik Muhammad di gua Hira. Yang paling
memungkinkan, perintah itu berasal dari pikiran bawah sadarnya 'untuk ‘membaca
dan mempelajari’ yang bercampur dengan kisah menakjubkan Hassan dan mengambil
model dari tradisi Semitik wahyu Musa. Impresi-impresi ini berinteraksi dan
bercampur satu sama lain dan mengambil bentuk yang aneh dan muncul dalam bentuk
nyata sebagai halusinasi hidup. Impresi yang dihasilkan ini begitu kuat sehingga
Muhammad sendiri tidak bisa mengenali dan kemudian ia berpikir secara takhayul bahwa
penglihatan itu dihasilkan dari sumber eksternal yang bersifat supranatural,
yakni Allah.
Halusinasi
dapat terjadi pada orang normal dalam keadaan benar-benar biasa. Puasa
berkepanjangan, sulit tidur dan menurunnya daya kerja sensorik, epilepsi atau
migren adalah penyebab utama halusinasi. Halusinasi sering dirasakan sebagai
pengalaman nyata. Kasus-kasus demikian dicari dalam banyak budaya dan dianggap
sebagai tanda pencerahan spiritual. Ada contoh yang tak terhitung jumlahnya di
agama-agama dunia di mana para patriak, nabi, atau juru selamat menyendiri di
padang pasir atau gunung dan, dilengkapi dengan kelaparan dan berkurangnya daya
kerja sensorik, bertemu dengan para Ilah atau Iblis. Pengalaman religius Pengalaman-pengalaman
relijius beraroma psychedelic adalah ciri dari budaya pemuda Barat tahun
1960-an. Pengalaman ini sering digambarkan dengan cara terhormat dengan kata-kata
seperti 'transenden', 'numinus', 'kudus' dan 'suci' (Sagan, 1997, hal. 105).
Ada
berbagai tanda dan gejala halusinasi. Salah satu yang paling umum adalah otot
yang kaku. kekakuan otot (rigiditas) sering terjadi pada tungkai dan leher.
Terkadang kekakuan tersebut bisa begitu parah sehingga membatasi ukuran gerakan
dan menyebabkan sakit parah dan sesak napas (Admin, 2010). Keterangan ini
secara sempurna menjelaskan mengapa pengalaman Ilahi pertama Muhammad itu
menyakitkan. Muhammad mengatakan bahwa malaikat itu menangkapnya dengan paksa dan
menekannya begitu keras sehingga ia tidak tahan lagi, yang terjadi selama tiga
kali. Sebenarnya, Muhammad merasa kesulitan bernafas yang ia pahami sebagai ‘dicekik
oleh Jibril’.
Sumber-sumber
Tradisi Islam Tentang Halusinasi Muhammad
Sumber-sumber
Islam tradisional memberikan cukup bukti bahwa Muhammad secara teratur
berhalusinasi. Beberapa contoh adalah sebagai berikut.
1.
Suatu saat di masa kecil Muhammad, dua orang dengan pakaian putih datang
kepadanya dengan baskom emas penuh salju. Mereka membawanya dan membelah
tubuhnya, mengambil hatinya dan membelahnya kemudian mengeluarkan sebuah
gumpalan hitam dari hatinya itu kemudian membuangnya. Kemudian mereka mencuci
hati dan tubuhnya dengan salju itu sampai menjadikannya suci (Ishaq: 72).
2.
Sihir yang dikirim oleh seorang Yahudi bekerja pada Muhammad dan ia kerasukan
sehingga ia mulai membayangkan melakukan hal-hal yang sebenarnya ia tidak pernah
lakukan. (Bukhari: 7.71.661, 6.60.658; Muslim 26:5428).
3.
Suatu hari dua orang mendatangi Muhammad dalam mimpinya. Salah satu dari mereka
bertanya kepada yang lain,
“Apa
penyakit orang ini?”
“Dia
telah disihir. Dia berada di bawah mantra sihir.
“
Siapa yang mengirimkan mantra sihir ini?”
“Seorang Yahudi.”
“Seorang Yahudi.”
“Benda
apa yang dia gunakan?”
“Sebuah
sisir, rambut yang kusut di atasnya, dan kulit luar serbuk sari dari kurma
jantan” (Bukhari: 4.54.490, 7.71.658).
4.
Suatu saat Umar bertanya pada Muhammad, ‘Katakan padaku, ucapan apa yang paling
menakjubkan dari roh / malaikat yang berkomunikasi denganmu?” Muhammad
menjawab," Dia datang kepadaku sebulan sebelum Tahun Baru Islam dan
berkata: “Apakah engkau memperhatikan jin dan keputus-asaan mereka?” (Ishaq:
93)?
5.
Sihir bekerja pada Rasul Allah sehingga ia selalu berpikir bahwa ia telah melakukan
hubungan seksual dengan istri-istrinya sementara ia sebenarnya tidak. Itu
adalah jenis sihir yang paling sulit sebab memiliki efek sedemikian rupa (Bukhari:
7.71.660).
6.
Sebuah batang pohon kurma selalu menangis seperti unta betina yang sedang hamil
unta, ketika mimbar diletakkan di atasnya untuk Muhammad berkhotbah, sampai
saat ia turun dari mimbar dan meletakkan tangannya di atas batang itu (Bukhari:
2.13.41).
7.
Ketika Muhammad makan, ia melihat makanan itu memuliakan Allah (Bukhari: 4.56.779).
8.
Muhammad melihat Jibril dengan enam ratus sayap (Bukhari: 6.60.380). Jibril bisa juga
mengambil bentuk manusia (Bukhari, 4.56.827).
9.
Suatu saat sebatang pohon memberitahu Muhammad bahwa jin tengah mencuri dengar (Bukhari:
5.58.199)
10.
Ketika Muhammad di Mekah, atap rumahnya terbuka dan Jibril turun,
membuka dadanya, dan mencucinya dengan air Zamzam. Kemudian ia membawa nampan
emas penuh hikmat dan iman dan setelah menuangkan isinya ke dadanya, ia pun menutupnya
(Bukhari: 1.8.345).
11.
Suatu ketika Muhammad sedang berdoa, Iblis datang di depannya dan mencoba untuk mengganggu
doanya, tapi Allah memberi Muhammad kekuasaan atas tangannya sehingga ia mampu mencekik
setan. Dalam halusinasinya, Muhammad merasa tengah mengikat Setan di salah satu
pilar masjid sampai para muslim bangun di pagi hari dan melihat setan. Dan
Allah membuat Setan dengan kepala tertunduk (terhina). (Bukhari: 2.22.301)
12.
Dalam halusinasinya, Muhammad bahkan melihat masa depan. Saat hari kiamat, matahari
akan mendekati (kepada manusia) sedemikian rupa sehingga keringat akan mencapai
hingga bagian tengah
telinga, jadi saat semua orang berada dalam keadaan itu, mereka akan meminta
Adam untuk memberi bantuan, dan kemudian Musa, dan ketika semua orang gagal
mereka akan datang kepada Muhammad (Bukhari: 2.24.553).
13.
Muhammad mendengar suara-suara dari orang-orang mati dalam kuburan mereka. Suatu
saat Muhammad melewati sebuah pekuburan di
Madinah dan mendengar suara dua manusia yang sedang disiksa di kuburan mereka. Ketika
mendengar percakapan antara dua orang yang telah mati itu Muhammad berkata,
"Mereka sedang dihukum, tetapi mereka tidak dihukum karena dosa
besar, sekalipun dosa-dosa mereka yang besar. Yang satu dihukum karena tidak
membersihkan diri dari urin sesudah buang ari kecil, dan yang satunya lagi
karena sering memfitnah (namima)." Lalu meminta sebuah daun pohon palem
hijau dan membaginya menjadi dua bagian serta menempatkan setiap pada setiap
makam, sambil mengatakan, “Aku berharap
hukuman mereka dapat mereda selama ini potongan daun ini tidak mengering.”(Bukhari
8.73. 81).
14.
Ketika Muhammad melihat Allah, ia melihat Allah sebagai cahaya (Muslim: 1.341,
342)
15.
Muhammad melihat tanda-tanda Allah dalam layar hijau yang menutupi cakrawala
... (Bukhari, 6.60.381)
16.
Muhammad melihat tampilan surga dan neraka di dinding sebuah masjid yang menghadap
Kabah.
(Bukhari: 1.12.716)
17.
Muhammad bisa melihat lewat depan dan belakang tubuhnya (Muslim, 4,853, 854, 855, 856)
18.
Setelah Jibril membawa hidangan dari
daging sapi yang Muhammad makan dan kemudian ia memperoleh kekuatan hubungan seksual
setara dengan empat puluh orang laki-laki (Ibnu Sa'ad, Vol 1)
Para
kritikus modern seperti Warraq (2000. P. 136) mencatat bahwa sementara sedang
berjalan sendirian di tempat sepi dekat Mekkah Muhammad sering mendengar suara
yang berkata kepadanya, “Selamat siang Rasul Allah”. Ia berbalik, tapi melihat tidak
melihat apa-apa kecuali pepohonan dan bebatuan. Kritikus lain seperti Ali Dasti
(dikutip dalam Islam-Watch, 2007) menulis,
“Pada hari-hari sebelum penunjukan
(menjadi rasul), setiap kali Muhammad berjalan di luar pemukiman Mekah untuk memenuhi
tuntutan alam (buang air besar,)segera setelah rumah-rumah itu tak Nampak di
balik tikungan di jalan, sebuah suara berkata ‘Damai atasmu, ya Rasul Allah!'
terdengar dari setiap batu dan pohon yang dia lewati. Tapi ketika Rasul menoleh
ke satu sisi atau sisi lainnya, ia tidak
melihat siapa pun, yang ada hanya batu dan pohon-pohon di sekelilingnya. "
Tidaklah
diragukan lagi bahwa Muhammad menderita halusinasi parah, baik pendengaran maupun
visualnya. Kemungkinan besar ia juga menderita skizofrenia. Orang-orang Arab sering
berpikir bahwa ia telah dikuasai guna-guna. Namun ini tidak mencerminkan dengan
benar keadaan Muhammad. Jika sihir dapat berkuasa atasnya, itu berarti Allah
telah gagal melindungi utusanNya. Batang pohon palem tidak bisa menangis
seperti unta betina, tidak pula makanan bisa memuliakan Allah ketika sedang
dimakan oleh Muhammad. Begitu pula sesosok makhluk dengan enam ratus sayap,
(seperti penjelasannya tentang Jibril) sulit untuk dibayangkan. Makhluk semacam
itu bukannya tampak Ilahi, melainkan benar-benar konyol. Tidaklah mungkin dada
Muhammad dibelah kemudian dicuci dengan air zam-zam atau salju dan
kebijaksanaan serta iman dapat ditaburkan ke dalam dada kemudian ditutup
kembali dada itu. Jantung tidak bisa dibisa dibelek tanpa operasi, demikian
pula salju bukanlah pencuci yang baik. Mayat tidak bisa berbicara. Batu-batu
tentu saja benda mati, dan pepohonan tidak memiliki pita suara yang mana
melaluinya perasaan dan pikiran bisa
diutarakan. Cerita itu begitu menjijikkan bagi akal sehat sehingga banyak
teolog dan penulis tentang kehidupan Nabi terkemudian tidak mempercayainya dan menyatakan
bahwa suara-suara tersebut adalah suara malaikat. Semua cerita bodoh ini
diyakini oleh orang Arab abad ketujuh, tapi jaman sekarang kita tahu pasti
bahwa Muhammad berhalusinasi.
Perjalanan
malam hari Muhammad itu, yakini Isra dan Mi'raj, ke Yerusalem dan kemudian ke
langit entah suatu halusinasi atau atau karang-karangan belaka. Buraq, seekor hewan putih, setengah keledai, setengah
bagal, dengan sayap di sisi-sisinya membawa Muhammad di punggungnya. Muhammad
dan Jibril pergi sampai tiba di kuil di Yerusalem, di mana ia bertemu dengan Abraham,
Musa, dan Yesus, bersama dengan sekumpulan nabi dan Muhammad bertindak sebagai
imam dalam shalat tersebut. Setelah shalat, Buraq membawa Muhammad ke setiap
langit sampai langit ketujuh. Muhammad menerima pelayanan istimewa di setiap
langit karena ia adalah utusan Allah.
Muslim
berusaha keras mempercantik dongeng bodoh ini dan begitu saja percaya
kepadanya. Bagian yang paling bodoh adalah ketika Muhammad dipercayai
mengunjungi Bait Alllah di Yerusalem. Tidak ada bangunan Bait Allah di
Yerusalem saat itu. Sekitar enam abad sebelum Buraq membawanya kesana, prajurit
ROmawi telah menghancurkannya. Menjelang tahun 70 M tidak ada satu batupun tersisa
dari bangunan itu. Menurut Bibel Bait Allah Salomo dibuat sekitar abad 9 SM. Kemudian
dibangun kembali di abad ke 5 dan di bawah penjajahan ROmawi pernah dijadikan
kuil penyembahan dewa Jupiter. Juga mesjid Al Aqsa baru dibangun di atas
basilica Romawi di bagian selatan Bait Allah di tahun 710 M (Sina, 2008). Jadi
jika saat itu tidak ada bangunan kuil, ataupun yang diaku-aku sebagai masjid,
maka dimana Muhammad melakukan shalat? Kecuali kita simpulkan bahwa semua
kejadian itu hanyalah pengalaman halusinasi.
Lalu
bagaimana dengan Buraq, hewan berwarna putih setengah bagal, setengah keledai dengan
kepala manusia? Alat transportasi ilahi kepunyaan sesembahan yang dipanggil Allah
ini memiliki sayap di sisinya sehingga bisa terbang, kemudian dengan satu
hentakan kaki-kakinya bisa bergerak jauh diluar batas penglihatan mata manusia.
Buraq tidak menyerupai binatang apapun yang diketahui oleh manusia. ‘Setengah
bagal, setengah keledai dengan kepala manusia’ – sungguh-sungguh imajinasi
idiot yang memalukan. Mahluk semacam itu jikapun pernah ada justru lebih
menyerupai Muhammad sendiri dari pada mahluk manapun. Dalam kitab-kitab Islam
kita tidak kekurangan kisah-kisah bodoh. Jika saja Muhammad memiliki cita rasa
yang baik, ia pasti berhalusinasi sesuatu yang lebih indah.
Namun,
Muhammad telah melihat malaikat saat kunjungannya ke surga. Ulama dan sejarawan
Mesir, Haykal (1976, Bab 8) menggambarkan pengalaman surgawi Muhammad sebagai
berikut,
“Surga yang pertama adalah surga dari perak murni dan bintang-bintang
menopangnya dengan rantai emas, dalam
masing-masing malaikat terus terjaga untuk mencegah setan naik ke tempat
tinggal suci ini dan juga menjaga jin-jin agar tidak mendengarkan rahasia
langit.”
Ini
adalah puncak kebodohan Islam. Semua omong kosong ini digunakan untuk memikat kaum
Arab buta huruf abad ketujuh. Kaum Muslim awal yang buta huruf dan penuh takhayul
mempercayai semua sampah ini, tetapi hari ini siapapun dengan sedikit
pengetahuan dalam astronomi akan menertawakan cerita-cerita aneh ini.
Haykal
melanjutkan pengalaman ilahi Muhammad ini di tahapan-tahapan surga yang berbeda,
“Di sana (surga pertama) Muhammad bertemu
dengan Adam. Dan di enam surga lainnya dia bertemu dengan Nuh, Harun, Musa,
Ibrahim, Daud, Sulaiman, Idris (Enoch), Yahya (Yohanes Pembaptis) dan Yesus.
Ia melihat malaikat kematian, Azrail,
begitu besar sehingga jarak matanya (dengan tentaranya ?) dipisahkan oleh
70.000 hari pasukan berbaris. Dia memerintahkan 100.000 batalyon dan melewatkan
waktunya menulis di sebuah buku besar nama-nama mereka yang mati atau
dilahirkan.
Dia melihat Malaikat Air Mata yang
menangis karena dosa-dosa dunia, Malaikat Pembalas Dendam dengan wajah yang
menakutkan, ditutupi dengan kutil, yang memimpin unsur api dan duduk di
singgasana api, dan malaikat besar lain yang dibuat setengah dari salju dan
setengah dari api yang dikelilingi oleh paduan suara surgawi yang terus berteriak:
“ya Allah, Engkau telah menyatukan salju dan api, menyatukan semua hambaMu
dalam menaati Hukum-Mu.”
Kebodohan
Ilahi ala Isra Mi'raj mencapai pada puncaknya. Malaikat Maut, Malaikat Air Mata
dan Malaikat Pembalas Dendam adalah produk halusinasi Muhammad. Apakah mungkin
untuk membayangkan makhluk terdiri setengah dari salju dan setengah dari api?
Di
surga ketujuh, Muhammad melihat sesosok makhluk yang oleh orang normal dengan
mental yang baik dan sehat tidak akan pernah bayangkan. Haykal melanjutkan,
“Dalam surga ketujuh, tempat dimana
jiwa-jiwa baru memasukinya, ada seorang malaikat yang lebih besar dari seluruh
dunia, dengan 70.000 kepala, dan setiap kepalanya memiliki 70.000 mulut, dan
setiap mulut masing-masing memiliki 70.000 lidah, dan setiap lidah berbicara
dalam 70.000 bahasa yang berbeda bernyanyi tanpa henti puji-pujian bagi Yang Maha
Tinggi.”
Sulit
untuk memvisualisasikan makhluk seperti ini. Bagaimana Muhammad tahu bahwa
malaikat itu lebih besar dari pada seluruh dunia? Bagaimana ia menghitung
jumlah kepala, mulut, lidah dari makhluk itu, dll? Mengapa Allah menciptakan
makhluk mengerikan seperti itu?
Apakah
ada keraguan berikutnya tersisa dalam halusinasi Muhammad? Setelah melihat
absurditas dongen Isra Mi’raj Muhammad banyak pengikut Muhammadnya meninggalkan
Islam. Untuk menyelamatkan Muhammad dari rasa malu, Allah menurunkan ayat
Al-Qur'an berikut :
“Dan, ketika Kami wahyukan
kepadamu: “sesungguhnya Tuhanmu meliputi segala manusia”. Dan Kami tidak
menjadikan mimpi yang telah kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian
bagi manusia…..” (QS 17:60).
Ayat
ini terlalu konyol dan praktis tidak berarti apa-apa. Muhammad mengaku telah
mengunjungi sebuah baitulah di Yerusalem yang hancur jauh sebelum dia ada dan
dia mengaku telah melihat malaikat, makhluk omong kosong di surga, tapi tidak
bisa menghasilkan saksi apapun dan Allah ingin umat Islam percaya bahwa
Muhammad tanpa banyak tanya karena ini merupakan tes bagi mereka .
Berikut
adalah kutipan dari Ibn Ishaq yang menunjukkan bahwa Isra Mi’raj yang terkenal hanyalah
halusinasi Muhammad.
Umma,
putri Abu Thalib, mengatakan: “Dia [Muhammad] tidur di rumah saya malam itu
setelah ia shalat malam. Sedikit sebelum fajar ia membangun kami, dan berkata, ‘Oh
Umma, aku pergi ke Yerusalem.’ Dia bangkit untuk pergi keluar dan aku meraih
jubahnya sampai pusarnya terlihat. Aku memohon, ‘Wahai Muhammad, jangan beritahu
orang-orang tentang hal ini karena mereka akan tahu engkau sedang berbohong dan
akan mengejekmu.” (Ishaq: 184)
Pada
saat-saat tertentu Muhammad malah terpikir untuk bunuh diri. Suatu saat ketika wahyu sama sekali berhenti,
Muhammad mulai mendaki gunung dan hendak melemparkan diri ke bawah dan mati.
Tapi Jibril menghentikannya di tengah
perjalanan dan mengatakan, ‘Wahai
Muhammad! Engkau adalah Rasul Allah dan aku Jibril.’ Muhammad melihat ke
atas dan melihat Jibril, dalam bentuk seorang pria, meletakkan kakinya di
cakrawala. Jibril mengulanginya, ‘Wahai
Muhammad! Engkau adalah Rasul Allah dan aku Jibril.’ Muhammad berhenti di
tempatnya seakan-akan terhipnotis. Dia mencoba mengalihkan matanya darinya,
tetapi kea rah langit manapun ia menoleh, ia melihat Jibril seperti sebelumnya
(Sina, 2008, hal. 110).
Jadi
kemanapun Muhammad menoleh, ia terus melihat Jibril. Benar-benar komedi ilahi!
Jika kita harus menganggap ini sebagai suatu pengalaman Ilahi maka kita harus
menghargai cita rasa humornya Allah. Sebaliknya jika kita ingin membuat
visualisasi Muhammad terdengar logis, maka kita harus menyimpulkan bahwa citra
yang dilihat Muhammad sebenar-benarnya ada dalam kepalanya sendiri. Jadi ke arah
manapun Muhammad memutar kepalanya Jibril muncul ke arah itu (Sina, 2008, hal .110).
Pada kesempatan lain, ketika Muhammad berjalan
ia mendengar suara dari langit. Ketika ia mendongak, ia melihat Jibril duduk di
kursi antara langit dan bumi (Bukhari: 6:60.448). Ini adalah halusinasi indah
lainnya. Kita dapat menemukan cacat dalam cerita ini. Muhammad pernah melihat
Jibril memiliki 600 sayap. Logikanya makhluk yang memiliki sayap tidak perlu
kursi untuk duduk mengapung di antara langit dan bumi. Dan, jika Jibril benar-benar dapat duduk di antara langit dan
bumi, mengapa tidak ada yang melihatnya? Halusinasi adalah kebohongan menipu,
dan bagian terburuk dari berbohong adalah bahwa pembohong cenderung melupakan
apa yang telah ia katakan sebelumnya.
Muhammad
dengan tulus menganggap semua halusinasi ini sebagai tanda-tanda ilahi. Dengan
melihat ketulusannya, banyak pengikut yang lemah logikanya percaya padanya.
Tapi banyak orang Mekah cerdas dan matang mengakui bahwa Muhammad menderita
penyakit mental.
Dan
tentu saja Allah, teman imajiner Muhammad, memberikan sertifikasi atas halusinasinya
sebagai
inspirasi Ilahi seperti yang bisa kita lihat di dua Surah Al-Quran berikut.
“sesungguhnya
dia telah melihat sebahagian tanda-tanda Tuhannya yang paling besar.” (QS
53:18)
“Dan
sesungguhnya ia melihat Jibril di ufuk yang terang.” (QS 81:23)
Tidak
diragukan lagi, Muhammad memiliki daya imajinatif yang hebat, tetapi
pemikirannya itu semua serampangan. Dia bukan pemikir orisinal. Dia benar-benar
tidak mengerti bagaimana untuk memiliki pemikiran logis dan terorganisir. Ia
menjadi cacat oleh penyakit mental. Potongan-potongan kisah ia pelajarinya di
sana-sini tentang agama Kristen dan Yahudi, dan berdasarkan ini, otak cacatnya bekerja
lembur dan menghasilkan halusinasi tersebut. Setelah Allah mencap halusinasi
itu dalam Al-Qur'an dengan otoritas Ilahi-Nya, halusinasi menjadi ilahi. Kekuasaan
Allah begitu kuat sehingga tidak ada Muslim yang mampu mempertanyakan kisah-kisah
konyol itu sejak kelahiran Islam. Bagi mereka keyakinan mengatasi pemahaman
akal sehat. Yang harus mereka lakukan adalah percaya. Logika dan pemahaman
tidak memiliki nilai sama sekali. Tidak pernah terpikir oleh otak mereka bahwa
suara yang Muhammad dengar mungkin berasal dari suara pikiran Muhammad sendiri
yang terganggu.
Kesimpulan
"Anda
berbicara kepada Tuhan,berarti anda religius.
Tuhan
berbicara kepada Anda, berarti anda gila”.
--- Doris Egan
Pengalaman
pertama Muhammad dengan Jibril adalah ‘halusinasi
perintah’. Di sini orang merasa bahwa mereka diberitahu apa yang harus
dilakukan oleh sosok yang mengesankan atau mistis. Mereka kadang-kadang
diperintahkan untuk membunuh seorang tokoh, mengorbankan manusia atau anak,
atau merugikan diri mereka sendiri oleh keinginan Tuhan, atau setan, atau
setan, atau malaikat, atau alien (Sagan, 1997, hal. 131). Perintah tersebut
begitu jelas dan kuat dari suara yang orang lain tidak dengar. Jika mereka
enggan untuk mematuhinya, hukuman mengerikan mengancam. Suara-suara biasanya
tidak memperkenalkan diri, misalnya, “Ini adalah Allah yang berbicara”, tidak
pernah terdengar. Hal ini membuat pasien bertanya-tanya – “Siapa yang
mengeluarkan perintah seperti itu? Siapa yang bisa berbicara dalam kepalaku?”
Ia menganggap bahwa itu adalah Tuhan atau Yesus atau setan atau kepala badan
rahasia mata-mata atau, penjahat atau pemimpin geng.
Muhammad menjustifikasi
‘suara’ ini sebagai intervensi Ilahi dari Allah. Baginya (hanya untuk dia)
halusinasinya adalah pengalaman nyata. Jadi, ketika Muhammad mengatakan bahwa
ia telah diperintahkan secara ilahi untuk berkhotbah dalam nama Allah, dia
mengatakan ‘kebenaran’ (hanya untuk dia). Ketulusannya dalam klaim nabi-nya dan
misi Ilahi didasarkan pada ini ‘kebenaran’ ilusif. Ketulusan Muhammad yang
menipu ini menyesatkan banyak orang Arab untuk percaya padanya dan bergabung dengan
keyakinannya. Demikianlah Islam dimulai dengan kebohongan.