Sunday 2 June 2013

Halusinasi Muhammad
diambil dari  buku 
Unmasking Muhammad : The Malign Narcissist and His Grand Delusion Allah 
bab 2 : Muhammad's Hallucinations 



 “Tidak ada yang kebenaran yang benar-benar indah”
- Michael Faraday (1791 - 1867)
“[Namun] kita juga tahu betapa kejamnya kebenaran itu,
  dan kita bertanya-tanya apakah delusi tidak lebih menghibur."
- Henri Poincare (1854 - 1912)




Misteri Gua Hira

Karena suatu alasan yang tidak diketahui, Muhammad suka mengasingkan diri di sebuah gua di Hira. Tabari (VI: 67) mencatat bahwa kesepian menjadi kesayangan bagi Muhammad dan ia terbiasa mengasingkan diri di gua di mana ia akan asik dalam praktek Tahannuth (ritual keagamaan pagan yang dilakukan di bulan Ramadhan dimana puasa adalah bagian darinya) dan berdoa selama beberapa malam sebelum kembali ke Khadijah dan mendapatkan perbekalan untuk jangka waktu seperti.

Jenis perilaku seperti Muhammad ini tidaklah normal. Lagi pula ia sudah berkeluarga. Istirnya seorang yang kaya. Dia bisa saja melakukan pengasingan diri di rumahnya untuk melakukan ritual keagamaan seperti banyak orang Mekkah lainnya lakukan. Jika Allah itu ada dimana-mana, lalu kenapa privasi sebuah gua itu begitu penting? Ia tidaklah begitu saleh sampai saat dimana ia dikunjungi malaikat Jibril di dalam gua. Apakah ritual keagamaan ini hanyalah alasan belaka?

Gua Hira tidak lebih dari 3,5 meter panjangnya dan 1,5 meter lebarnya (Sina, 2008, p.154). Ini berarti seukuran toilet kecil. Apa yang Muhammad biasa lakukan di tempat sekecil ini? Karena ia menyukai kesepian, maka jelas bahwa ia terbiasa menutup pintu masuk kecil ke gua ini. Beberapa siang dan malam dengan pemikiran yang dalam dan sia-sia, tidak memiliki makanan dan minuman yang memadai, kekurangan oksigen di dalam gua, kelelahan mental - apakah semua hal ini yang menyebabkan halusinasi? Apakah ini tahap awal kegilaannya? Ini adalah kemungkinan tidak bisa kita abaikan.


Pikiran Bawah Sadar Yang Aneh

Tidaklah diragukan bahwa Muhammad memang tulus dalam klaimnya. Dia memiliki keyakinan agama yang mendalam dan tidak dibuat-buat, yang membuktikan ketulusannya. Sebagaimana Toynbee (1935. P. 468) menuliskan:
“Muhammad benar-benar berpikir bahwa ia mengorbankan prospek duniawinya. Dia tidak  menduga bahwa ia berada di jalan untuk meraup keuntungan duniawi.”
Tapi ketulusan bukanlah bukti. Beberapa orang mungkin dengan tulus percaya akan keberadaan hantu, sedangkan yang lain mungkin dengan tulus tidak mempercayainya. Jika ketulusan seseorang dapat dijadikan sebagai bukti, maka ketulusan siapa yang harus diperhitungkan?

Muhammad bukanlah manusia pertama yang mengaku menerima pesan dari Tuhan. Sepanjang sejarah umat manusia ada ratusan ribu orang yang menyatakan diri sebagai juru bicara Sang Ilahi. Bahkan saat ini, di rumah sakit jiwa dan dalam aliran kultus tertentu,  kita dapat menemukan banyak orang orang-orang aneh dengan gangguan mental yang juga percaya dirinya sebagai  penerima pesan reguler dari suatu sumber Ilahi yang tidak diketahui. Mereka tulus dalam deklarasi mereka, dan mereka 'jujur​​' dalam klaim mereka. Seringkali orang-orang demikian berhasil membuat orang lain percaya pada klaim mereka. Banyak dari mereka menempatkan diri sebagai pemimpin sekte, dihormati oleh sekelompok pengikut sebagai wahana langsung ‘saluran telepon’ pengikutnya kepada Sang Ilahi atau dunia roh.

Pola pikir manusia memang aneh. Jika kita masuk lebih jauh ke dalam buku-buku teks psikologi, kita akan menemukan ratusan kasus orang-orang begitu percaya diri secara sempurna yang dalam keadaan halusinasi mereka mendengar hal-hal tertentu dan melihat pemandangan-pemandangan tertentu. Seringkali mereka tidak setuju bahwa ini adalah halusinasi dan cukup yakin mengklaim bahwa mereka tidak pernah melihat atau mendengar sebelumnya. Tetapi sebuah penelitian objektif kasus-kasus mereka menunjukkan bahwa fenomena ini adalah asosiasi segar yang diproduksi oleh alam bawah sadar yang tengah bekerja pada hal-hal yang telah mereka lihat atau dengar tapi mereka lupakan.

Sagan (1997, hal. 131) memiliki pandangan yang sama saat ia menulis,
"Potongan-potongan bahasa lagu atau asing, gambar, peristiwa yang kita saksikan, cerita yang kita perna dengar di masa kecil dapat secara akurat diingat beberapa dekade kemudian tanpa memori sadar tentang bagaimana mereka masuk ke dalam kepala kita".

Sebelum kita melangkah lebih jauh, kita akan membahas sedikit tentang pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Kita tahu sesuatu tentang pikiran sadar kita, karena kita dapat membuat asumsi tertentu tentang kesadaran kita. Kesadaran adalah fakta akan kewaspadaan apa yang kita pikirkan, rasakan, dan lakukan. Tindakan sadar kadang-kadang disebut sebagai pikiran sadar. Pikiran sadar hanya mewakili 10 persen dari total kapasitas otak manusia. Ia tertidur ketika orang tidur, namun lebih logis dan terfokuskan dalam hal aktivitas di sisi kiri otak untuk sebagian besar manusia.

Demikian pula, tindakan tertentu dilakukan tanpa kesadaran. Mereka muncul dari pikiran bawah sadar. Pikiran bawah sadar merupakan 90 persen dari total kapasitas otak manusia. Hal ini difokuskan pada sisi kanan otak. Pikiran bawah sadar adalah jumlah total dari pengalaman masa lalu kita. Apa yang kita rasakan, pikirkan, atau lakukan membentuk dasar-dasar pengalaman kita. Pengalaman ini disimpan dalam bentuk kesan-kesan halus dalam pikiran bawah sadar kita. Beberapa ilmuwan mengatakan bahwa pikiran bawah sadar menyimpan semua pengalaman yang memungkinkan. Pikiran bawah sadar terjaga ketika kita tidur. Kesan-kesan ini sering berinteraksi atau bercampur satu dengan yang lain dan memberikan tampakan yang aneh. Ketika mendapat kesempatan kontak dengan faktor-faktor eksternal tertentu,  dan kondisi yang diperlukan terpenuhi, dan kesan-kesan halus ini muncul ke permukaan dalam bentuk manifestasi mereka. Seringkali kesan yang dihasilkan ini begitu aneh sehingga orang itu sendiri tidak dapat mengenalinya dan kemudian ia berpikir bahwa kesan itu dihasilkan dari sumber eksternal. Sebagaimana Tomkins (1995, hlm. 55) menyebutnya “Ada banyak cara untuk ‘mengetahui’ apapun.” Kenangan-kenangan palsu begitu kuat sehingga mereka seringkali menggantikan realitas.

Kejeniusan pikiran bawah sadar telah mempesona para penyair, filsuf, psikolog dll. Menurut Tallis (2002, hal. 5), para intelektual kuno sepenuhnya menerima keberadaan pikiran bawah sadar tetapi mereka tidak memiliki penjelasan logis untuk ini. Namun, psikolog modern telah menemukan bahwa cara kerja aneh pikiran bawah sadar sama sekali tidak supranatural atau Ilahi seperti yang dianggap sebelumnya, melainkan murni alami dan duniawi. Adalah Sigmund Freud, yang untuk pertama kalinya membantah basis-basis pikiran bawah sadar sebagai sesuatu yang bersifat supranatural,dan karenanya karyanya cukup asli (Talvitie, 2006, hal. 34). Zarctsky (2004, hlm 15-40) juga mencatat bahwa ide Freud pada alam bawah sadar berbeda dengan sebagian besar dari orang-orang sezamannya. Freud juga menciptakan sistem yang konsisten, melalui mana tindakan manusia dapat ditafsirkan lewat tujuan dan kenangan bawah sadar dan dengan bantuan ini gangguan-gangguan psikis dapat diobati.

Singkatnya, Freud mengajukan gagasan bahwa gangguan-gangguan psikis berhubungan dengan pikiran bawah sadar. Dostoevsky melukiskan misteri alam bawah sadar dalam novel-novelnya (Talvitie, 2006, hal. 32) dan dalam puisi Homer, bahwa alam bawah sadar muncul sebagai mekanisme internal yang menerima “hasrat-hasrat Allah/Tuhan” (Claxton, 2004, hal. 61). Dan fenomena ini adalah hal yang normal. Ketika orang bingung tidak dapat menemukan penjelasan logis, seringkali pikiran akan Tuhan, Allah, ketuhanan, spiritualitas, surga, neraka, akhir jaman, misi Ilahi dll datang ke pikirannya. Dengan serampangan ia mungkin menganggapnya sebagai tanda semacam 'pencerahan'. Di atas semuanya ini, jika orang itu buta huruf dan takhayul, kemungkinannya bisa lebih lagi bahwa ia akan menipu dirinya sendiri lebih mudah. Rasa percaya yang tinggi akan dirinya 'yang telah tercerahkan' dapat membuat orang suci atau sesosok monster (seperti dalam kasus Muhammad dan banyak pemimpin kultus serupa).

Itulah yang terjadi dengan Muhammad. Pikiran bawah sadarnya telah memainkan trik pada dirinya. Karena buta huruf dan takhayul, ia tidak bisa menemukan penjelasan yang logis. Pengalaman pertama Muhammad dengan Jibril anehnya sangat mirip dengan pengalaman salah satu teman dekatnya Hassan Bin Tsabit. Hassan datang untuk menulis puisi di bawah pengaruh jin perempuan. Macdonald (mengutip Zwemer, 1908, hlm 126-7) menulis,
“Dia (jin perempuan itu) bertemu dengannya di salah satu jalan Madinah, melompat menabraknya, menjatuhkannya dan memaksanya untuk mengucapkan tiga ayat puisi. Setelah itu ia menjadi seorang penyair, dan ayat-ayat datang kepadanya ... lewat  inspirasi langsung dari jin. Dia merujuk dirinya sebagai 'saudara jin' yang menenun untuknya kata-kata puitis, dan menceritakan bagaimana banyak ayat telah diturunkan kepadanya dari sorga”.

Ada suatu paralel yang luar biasa antara istilah yang digunakan dalam kisah pertemuan Hassan dengan Jin perempuan dengan kisah wahyu pertama Muhammad. Ekspresi yang Hassan gunakan juga persis dengan yang digunakan dalam kisah diturunkannya wahyu Al-Qur'an. Apakah pikiran sakit dari Muhammad memainkan trik atasnya dengan mengambil kisah Hassan  tersebut kemudian pikiran bawah sadarnya memunculkan gambaran yang serupa kepada Muhammad?

Muhammad sendiri, Khadijah istrinya, dan pengikut awal Muhammad mengira halusinasi Muhammad sebagai pengalaman spiritual. Kita tidak bisa menyalahkan orang-orang Arab abad ketujuh untuk kesalahan mereka. Pada jaman itu kekeliruan tersebut dianggap kewajaran (karena  cara bagaimana mereka memahami pengalaman psikologis sangat terbatas oleh pengetahuan mereka yang masih bersifat infansi)

Tapi jaman sekarang, jamannya ilmu pengetahuan, kita tentu dapat mengetahui sifat sejati dari “pencerahan” Muhammad. Freud seorang ateis garis keras (Gay, 1987. Hal. 37). Ini adalah salah satu alasan; pandangannya tentang pikiran bawah sadar pasti tidak memasukkan agenda keagamaan apapun dan mendasarkan teorinya sepenuhnya pada filsafat ilmu. Sayangnya, ini bukan kasus yang terjadi pada para pengikut awal Muhammad.


Sebuah Penjelasan Logis Tentang Pengalaman Mistik Muhammad

 “Seberapa sering saya katakan kepada Anda bahwa ketika Anda menghilangkan ketidakmungkinan,  apa pun yang tersisa, bagaimanapun tidak mungkinnya;
 pastilah suatu kebenaran?"
--- Sherlock Holmes di Sir Arthur Conan Doyle 'The Sign of Four'

Tidak diragukan lagi, pengalaman pertama Muhammad dengan Jibril hanyalah entah itu karangan belaka atau suatu halusinasi. Hadis yang telah mengisahkan pengalaman pertama Muhammad dengan Jibril  di sebuah gua secara logis tidak mungkin benar. Setiap pembaca yang masuk akal akan menemukan cacat dalam klaim Muhammad tersebut.
Bukhari mencatat,
“Diriwayatkan oleh  Aisha: Kebenaran turun kepadanya  saat ia berada di gua Hira. Malaikat itu datang kepadanya dan memintanya untuk membaca. Nabi menjawab, "Aku  tidak tahu bagaimana membaca. Nabi menambahkan, ‘ Malaikat memegangiku (dengan paksa) dan menekanku begitu keras sampai aku  tidak tahan lagi. Ia kemudian membebaskanku dan sekali lagi memintaku untuk membaca danaku  menjawab,’ Aku tidak tahu bagaimana membaca’. Kemudian dia menangkapku lagi dan menekanku untuk kedua kalinya sampai aku tidak tahan lagi. Ia kemudian membebaskanku dan sekali lagi memintaku untuk membaca tapi sekali lagi aku menjawab, ‘Aku  tidak tahu bagaimana membaca (atau apa yang harus aku  baca)?’ Kemudian dia menangkapku  untuk ketiga kalinya dan menekanku, dan kemudian membebaskanku dan berkata, ’Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan (semua yang ada) dan telah  menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Dan Tuhanmu Maha Pemurah "(Q: 96,1, 96,2, 96,3). Kemudian Rasul Allah kembali dengan inspirasi itu dan dengan hati yang berdebar-debar kencang.”(Bukhari: 1.1.3).

Sekarang pertanyaan yang paling mendesak adalah;

1. Malaikat itu tidak memperkenalkan dirinya sebagai Jibril. Lalu bagaimana Muhammad tahu bahwa itu benar-benar Jibril ?
2. Mengapa Jibril  tidak tahu bahwa, Muhammad buta huruf?
3. Mengapa Allah tidak memberitahunya? Apakah Allah lupa, apakah mungkin bagi Allah untuk lupa?
4. Bagaimana Jibril  bisa berulangkali begitu agresif kepada Muhammad, utusan yang disayangi Allah? Hal ini tercatat dalam Al Qur'an (33.56) bahwa Muhammad begitu dekat dengan Allah, bahkan Allah menghujani Muhammad dengan pujian (bershalawat) dan para malaikat memberi hormat kepadanya.

Tidak ada saksi mata dari kejadian di atas. Kemudian beberapa kali Jibril mengunjungi Muhammad, tapi tidak ada lagi yang pernah melihat makhluk supranatural ini. Bahkan Muhammad tidak bisa memberikan bukti tunggal keberadaan Allahnya dan  sang Jibril . Jika Jibril  ada, setidaknya seseorang akan melihat dia atau mendengar dia. Pengalaman nyata dapat dibagi oleh orang lain tetapi tidak pengalaman halusinasi atau “kisah pengalaman” yang dikarang-karang.

Tapi keberuntungan berpihak pada Muhammad dan setidaknya beberapa orang di sekelilingnya tidak bisa melihat kesalahan dari ceritanya dan menerimanya sebagai seorang nabi dan Muhammad memulai bisnis Ilahinya, yakni Islam. Penglihatan di gua Hira ditafsirkan berbeda oleh para kritikus yang berbeda. Beberapa percaya bahwa adalah Setan sendiri yang mengunjungi Muhammad dengan berkedok Jibril. Namun dengan mengesampingkan asumsi yang didasarkan pada takhayul, maka mungkin bahwa penglihatan itu sendiri adalah suatu perintah yang berasal dari alam bawah sadar Muhammad sendiri, sebagaimana Walker (2002, hal 97.) mengajukan argumennya: mungkin alam bawah sadar Muhammad sendiri yang memerintahkan dia untuk membaca dan mempelajari buku-buku Yahudi dan Kristen, kemudian ia menyuruh para juru tulisnya  untuk menulis kebenaran akan dispensasi Allah dalam kitab suci mereka, yang mana saat itu bangsa Arab kurang miliki.

Ada hal lain yang layak disebut. Wahyu pertama yang diterima Muhammad di gua Hira adalah representasi dari tradisi pewahyuan Semitik kuno (Shaikh, 1995, hal. 4). Musa adalah penengah antara Sang Ilah dan manusia, dan dikisahkan bahwa pada saat kejadian itu semak-semak menyala namun tidak hangus terbakar (Keluaran: 3,2). Musa yang cerdas menyadari bahwa itu adalah kejadian yang luar biasa sedang terjadi karena kuasa dari Allahnya  Abraham, Ishak dan Yakub.  Musa tidak lupa untuk memberitahu orang-orang bahwa ia tidak ingin menjadi pemimpin mereka tapi bertindak di bawah paksaan. Musa mengatakan kepada Allah bahwa ia tidak bersedia menjadi pemimpin utusan dari sang Ilahi  karena ia gagap tidak fasih lidah (Keluaran: 4.10). Namun ia setuju untuk membawa amanat otoritas itu karena sikapnya membuat Sang Ilah. Jadi Musa tidak punya pilihan selain untuk menjadi wakil Allah di bumi dan mengumumkan bahwa Allah telah mengutus dia kepada umat-Nya. Lewat cara inilah ia pertama kali bertemu dengan Allah bagi umatnya dan kemudian menunjuk dirinya sebagai utusan Allah untuk menegakkan perintah tertentu dalam nama Allahnya.

Sekarang mari kita mengkaji ulang pengalaman mistik Muhammad di gua Hira. Yang paling memungkinkan, perintah itu berasal dari pikiran bawah sadarnya 'untuk ‘membaca dan mempelajari’ yang bercampur dengan kisah menakjubkan Hassan dan mengambil model dari tradisi Semitik wahyu Musa. Impresi-impresi ini berinteraksi dan bercampur satu sama lain dan mengambil bentuk yang aneh dan muncul dalam bentuk nyata sebagai halusinasi hidup. Impresi yang dihasilkan ini begitu kuat sehingga Muhammad sendiri tidak bisa mengenali dan kemudian ia berpikir secara takhayul bahwa penglihatan itu dihasilkan dari sumber eksternal yang bersifat supranatural, yakni Allah.

Halusinasi dapat terjadi pada orang normal dalam keadaan benar-benar biasa. Puasa berkepanjangan, sulit tidur dan menurunnya daya kerja sensorik, epilepsi atau migren adalah penyebab utama halusinasi. Halusinasi sering dirasakan sebagai pengalaman nyata. Kasus-kasus demikian dicari dalam banyak budaya dan dianggap sebagai tanda pencerahan spiritual. Ada contoh yang tak terhitung jumlahnya di agama-agama dunia di mana para patriak, nabi, atau juru selamat menyendiri di padang pasir atau gunung dan, dilengkapi dengan kelaparan dan berkurangnya daya kerja sensorik, bertemu dengan para Ilah atau Iblis. Pengalaman religius Pengalaman-pengalaman relijius beraroma psychedelic adalah ciri dari budaya pemuda Barat tahun 1960-an. Pengalaman ini sering digambarkan dengan cara terhormat dengan kata-kata seperti 'transenden', 'numinus', 'kudus' dan 'suci' (Sagan, 1997, hal. 105).

Ada berbagai tanda dan gejala halusinasi. Salah satu yang paling umum adalah otot yang kaku. kekakuan otot (rigiditas) sering terjadi pada tungkai dan leher. Terkadang kekakuan tersebut bisa begitu parah sehingga membatasi ukuran gerakan dan menyebabkan sakit parah dan sesak napas (Admin, 2010). Keterangan ini secara sempurna menjelaskan mengapa pengalaman Ilahi pertama Muhammad itu menyakitkan. Muhammad mengatakan bahwa malaikat itu menangkapnya dengan paksa dan menekannya begitu keras sehingga ia tidak tahan lagi, yang terjadi selama tiga kali. Sebenarnya, Muhammad merasa kesulitan bernafas yang ia pahami sebagai ‘dicekik oleh Jibril’.


Sumber-sumber Tradisi Islam Tentang Halusinasi Muhammad
                      
Sumber-sumber Islam tradisional memberikan cukup bukti bahwa Muhammad secara teratur berhalusinasi. Beberapa contoh adalah sebagai berikut.

1. Suatu saat di masa kecil Muhammad, dua orang dengan pakaian putih datang kepadanya dengan baskom emas penuh salju. Mereka membawanya dan membelah tubuhnya, mengambil hatinya dan membelahnya kemudian mengeluarkan sebuah gumpalan hitam dari hatinya itu kemudian membuangnya. Kemudian mereka mencuci hati dan tubuhnya dengan salju itu sampai menjadikannya suci (Ishaq: 72).
2. Sihir yang dikirim oleh seorang Yahudi bekerja pada Muhammad dan ia kerasukan sehingga ia mulai membayangkan melakukan hal-hal yang sebenarnya ia tidak pernah lakukan. (Bukhari: 7.71.661, 6.60.658; Muslim 26:5428).
3. Suatu hari dua orang mendatangi Muhammad dalam mimpinya. Salah satu dari mereka bertanya kepada yang lain,
“Apa penyakit orang ini?”
“Dia telah disihir. Dia berada di bawah mantra sihir.
“ Siapa yang mengirimkan mantra sihir ini?”
“Seorang Yahudi.”
“Benda apa yang dia gunakan?”
“Sebuah sisir, rambut yang kusut di atasnya, dan kulit luar serbuk sari dari kurma jantan” (Bukhari: 4.54.490, 7.71.658).
4. Suatu saat Umar bertanya pada Muhammad, ‘Katakan padaku, ucapan apa yang paling menakjubkan dari roh / malaikat yang berkomunikasi denganmu?” Muhammad menjawab," Dia datang kepadaku sebulan sebelum Tahun Baru Islam dan berkata: “Apakah engkau memperhatikan jin dan keputus-asaan mereka?” (Ishaq: 93)?
5. Sihir bekerja pada Rasul Allah sehingga ia selalu berpikir bahwa ia telah melakukan hubungan seksual dengan istri-istrinya sementara ia sebenarnya tidak. Itu adalah jenis sihir yang paling sulit sebab memiliki efek sedemikian rupa (Bukhari: 7.71.660).
6. Sebuah batang pohon kurma selalu menangis seperti unta betina yang sedang hamil unta, ketika mimbar diletakkan di atasnya untuk Muhammad berkhotbah, sampai saat ia turun dari mimbar dan meletakkan tangannya di atas batang itu (Bukhari: 2.13.41).
7. Ketika Muhammad makan, ia melihat makanan itu memuliakan Allah (Bukhari: 4.56.779).
8. Muhammad melihat Jibril dengan enam ratus sayap (Bukhari: 6.60.380). Jibril bisa juga mengambil bentuk manusia (Bukhari, 4.56.827).
9. Suatu saat sebatang pohon memberitahu Muhammad bahwa jin tengah mencuri dengar (Bukhari: 5.58.199)
10. Ketika Muhammad di Mekah, atap rumahnya terbuka dan Jibril turun, membuka dadanya, dan mencucinya dengan air Zamzam. Kemudian ia membawa nampan emas penuh hikmat dan iman dan setelah menuangkan isinya ke dadanya, ia pun menutupnya (Bukhari: 1.8.345).
11. Suatu ketika Muhammad sedang berdoa, Iblis datang di depannya dan mencoba untuk mengganggu doanya, tapi Allah memberi Muhammad kekuasaan atas tangannya sehingga ia mampu mencekik setan. Dalam halusinasinya, Muhammad merasa tengah mengikat Setan di salah satu pilar masjid sampai para muslim bangun di pagi hari dan melihat setan. Dan Allah membuat Setan dengan kepala tertunduk (terhina). (Bukhari: 2.22.301)
12. Dalam halusinasinya, Muhammad bahkan melihat masa depan. Saat hari kiamat, matahari akan mendekati (kepada manusia) sedemikian rupa sehingga keringat akan mencapai hingga bagian tengah telinga, jadi saat semua orang berada dalam keadaan itu, mereka akan meminta Adam untuk memberi bantuan, dan kemudian Musa, dan ketika semua orang gagal mereka akan datang kepada Muhammad (Bukhari: 2.24.553).
13. Muhammad mendengar suara-suara dari orang-orang mati dalam kuburan mereka. Suatu saat  Muhammad melewati sebuah pekuburan di Madinah dan mendengar suara dua manusia yang sedang disiksa di kuburan mereka. Ketika mendengar percakapan antara dua orang yang telah mati itu Muhammad berkata, "Mereka sedang dihukum, tetapi mereka tidak dihukum karena dosa besar, sekalipun dosa-dosa mereka yang besar. Yang satu dihukum karena tidak membersihkan diri dari urin sesudah buang ari kecil, dan yang satunya lagi karena sering memfitnah (namima)." Lalu meminta sebuah daun pohon palem hijau dan membaginya menjadi dua bagian serta menempatkan setiap pada setiap makam, sambil mengatakan, “Aku berharap  hukuman mereka dapat mereda selama ini potongan daun ini tidak mengering.”(Bukhari 8.73. 81).
14. Ketika Muhammad melihat Allah, ia melihat Allah sebagai cahaya (Muslim: 1.341, 342)
15. Muhammad melihat tanda-tanda Allah dalam layar hijau yang menutupi cakrawala ... (Bukhari, 6.60.381)
16. Muhammad melihat tampilan surga dan neraka di dinding sebuah masjid yang  menghadap
Kabah. (Bukhari: 1.12.716)
17. Muhammad bisa melihat lewat depan dan belakang tubuhnya  (Muslim, 4,853, 854, 855, 856)
18. Setelah Jibril  membawa hidangan dari daging sapi yang Muhammad makan dan kemudian ia memperoleh kekuatan hubungan seksual setara dengan empat puluh orang laki-laki (Ibnu Sa'ad, Vol 1)

Para kritikus modern seperti Warraq (2000. P. 136) mencatat bahwa sementara sedang berjalan sendirian di tempat sepi dekat Mekkah Muhammad sering mendengar suara yang berkata kepadanya, “Selamat siang Rasul Allah”. Ia berbalik, tapi melihat tidak melihat apa-apa kecuali pepohonan dan bebatuan. Kritikus lain seperti Ali Dasti (dikutip dalam Islam-Watch, 2007) menulis,
“Pada hari-hari sebelum penunjukan (menjadi rasul), setiap kali Muhammad berjalan di luar pemukiman Mekah untuk memenuhi tuntutan alam (buang air besar,)segera setelah rumah-rumah itu tak Nampak di balik tikungan di jalan, sebuah suara berkata ‘Damai atasmu, ya Rasul Allah!' terdengar dari setiap batu dan pohon yang dia lewati. Tapi ketika Rasul menoleh ke  satu sisi atau sisi lainnya, ia tidak melihat siapa pun, yang ada hanya batu dan pohon-pohon di sekelilingnya. "

Tidaklah diragukan lagi bahwa Muhammad menderita halusinasi parah, baik pendengaran maupun visualnya. Kemungkinan besar ia juga menderita skizofrenia. Orang-orang Arab sering berpikir bahwa ia telah dikuasai guna-guna. Namun ini tidak mencerminkan dengan benar keadaan Muhammad. Jika sihir dapat berkuasa atasnya, itu berarti Allah telah gagal melindungi utusanNya. Batang pohon palem tidak bisa menangis seperti unta betina, tidak pula makanan bisa memuliakan Allah ketika sedang dimakan oleh Muhammad. Begitu pula sesosok makhluk dengan enam ratus sayap, (seperti penjelasannya tentang Jibril) sulit untuk dibayangkan. Makhluk semacam itu bukannya tampak Ilahi, melainkan benar-benar konyol. Tidaklah mungkin dada Muhammad dibelah kemudian dicuci dengan air zam-zam atau salju dan kebijaksanaan serta iman dapat ditaburkan ke dalam dada kemudian ditutup kembali dada itu. Jantung tidak bisa dibisa dibelek tanpa operasi, demikian pula salju bukanlah pencuci yang baik. Mayat tidak bisa berbicara. Batu-batu tentu saja benda mati, dan pepohonan tidak memiliki pita suara yang mana melaluinya perasaan dan  pikiran bisa diutarakan. Cerita itu begitu menjijikkan bagi akal sehat sehingga banyak teolog dan penulis tentang kehidupan Nabi terkemudian tidak mempercayainya dan menyatakan bahwa suara-suara tersebut adalah suara malaikat. Semua cerita bodoh ini diyakini oleh orang Arab abad ketujuh, tapi jaman sekarang kita tahu pasti bahwa Muhammad berhalusinasi.

Perjalanan malam hari Muhammad itu, yakini Isra dan Mi'raj, ke Yerusalem dan kemudian ke langit entah suatu halusinasi atau atau karang-karangan belaka. Buraq,  seekor hewan putih, setengah keledai, setengah bagal, dengan sayap di sisi-sisinya membawa Muhammad di punggungnya. Muhammad dan Jibril pergi sampai tiba di kuil di Yerusalem, di mana ia bertemu dengan Abraham, Musa, dan Yesus, bersama dengan sekumpulan nabi dan Muhammad bertindak sebagai imam dalam shalat tersebut. Setelah shalat, Buraq membawa Muhammad ke setiap langit sampai langit ketujuh. Muhammad menerima pelayanan istimewa di setiap langit karena ia adalah utusan Allah.

Muslim berusaha keras mempercantik dongeng bodoh ini dan begitu saja percaya kepadanya. Bagian yang paling bodoh adalah ketika Muhammad dipercayai mengunjungi Bait Alllah di Yerusalem. Tidak ada bangunan Bait Allah di Yerusalem saat itu. Sekitar enam abad sebelum Buraq membawanya kesana, prajurit ROmawi telah menghancurkannya. Menjelang tahun 70 M tidak ada satu batupun tersisa dari bangunan itu. Menurut Bibel Bait Allah Salomo dibuat sekitar abad 9 SM. Kemudian dibangun kembali di abad ke 5 dan di bawah penjajahan ROmawi pernah dijadikan kuil penyembahan dewa Jupiter. Juga mesjid Al Aqsa baru dibangun di atas basilica Romawi di bagian selatan Bait Allah di tahun 710 M (Sina, 2008). Jadi jika saat itu tidak ada bangunan kuil, ataupun yang diaku-aku sebagai masjid, maka dimana Muhammad melakukan shalat? Kecuali kita simpulkan bahwa semua kejadian itu hanyalah pengalaman halusinasi.    


Lalu bagaimana dengan Buraq, hewan berwarna putih setengah bagal, setengah keledai dengan kepala manusia? Alat transportasi ilahi kepunyaan sesembahan yang dipanggil Allah ini memiliki sayap di sisinya sehingga bisa terbang, kemudian dengan satu hentakan kaki-kakinya bisa bergerak jauh diluar batas penglihatan mata manusia. Buraq tidak menyerupai binatang apapun yang diketahui oleh manusia. ‘Setengah bagal, setengah keledai dengan kepala manusia’ – sungguh-sungguh imajinasi idiot yang memalukan. Mahluk semacam itu jikapun pernah ada justru lebih menyerupai Muhammad sendiri dari pada mahluk manapun. Dalam kitab-kitab Islam kita tidak kekurangan kisah-kisah bodoh. Jika saja Muhammad memiliki cita rasa yang baik, ia pasti berhalusinasi sesuatu yang lebih indah.

Namun, Muhammad telah melihat malaikat saat kunjungannya ke surga. Ulama dan sejarawan Mesir, Haykal (1976, Bab 8) menggambarkan pengalaman surgawi Muhammad sebagai berikut,
Surga yang pertama adalah  surga dari perak murni dan bintang-bintang menopangnya dengan  rantai emas, dalam masing-masing malaikat terus terjaga untuk mencegah setan naik ke tempat tinggal suci ini dan juga menjaga jin-jin agar tidak mendengarkan rahasia langit.”

Ini adalah puncak kebodohan Islam. Semua omong kosong ini digunakan untuk memikat kaum Arab buta huruf abad ketujuh. Kaum Muslim awal yang buta huruf dan penuh takhayul mempercayai semua sampah ini, tetapi hari ini siapapun dengan sedikit pengetahuan dalam astronomi akan menertawakan cerita-cerita aneh ini.

Haykal melanjutkan pengalaman ilahi Muhammad ini di tahapan-tahapan surga yang berbeda,
“Di sana (surga pertama) Muhammad bertemu dengan Adam. Dan di enam surga lainnya dia bertemu dengan Nuh, Harun, Musa, Ibrahim, Daud, Sulaiman, Idris (Enoch), Yahya (Yohanes Pembaptis) dan Yesus.
Ia melihat malaikat kematian, Azrail, begitu besar sehingga jarak matanya (dengan tentaranya ?) dipisahkan oleh 70.000 hari pasukan berbaris. Dia memerintahkan 100.000 batalyon dan melewatkan waktunya menulis di sebuah buku besar nama-nama mereka yang mati atau dilahirkan.
Dia melihat Malaikat Air Mata yang menangis karena dosa-dosa dunia, Malaikat Pembalas Dendam dengan wajah yang menakutkan, ditutupi dengan kutil, yang memimpin unsur api dan duduk di singgasana api, dan malaikat besar lain yang dibuat setengah dari salju dan setengah dari api yang dikelilingi oleh paduan suara surgawi yang terus berteriak: “ya Allah, Engkau telah menyatukan salju dan api, menyatukan semua hambaMu dalam menaati Hukum-Mu.”

Kebodohan Ilahi ala Isra Mi'raj mencapai pada puncaknya. Malaikat Maut, Malaikat Air Mata dan Malaikat Pembalas Dendam adalah produk halusinasi Muhammad. Apakah mungkin untuk membayangkan makhluk terdiri setengah dari salju dan setengah dari api?

Di surga ketujuh, Muhammad melihat sesosok makhluk yang oleh orang normal dengan mental yang baik dan sehat tidak akan pernah bayangkan. Haykal melanjutkan,
 “Dalam surga ketujuh, tempat dimana jiwa-jiwa baru memasukinya, ada seorang malaikat yang lebih besar dari seluruh dunia, dengan 70.000 kepala, dan setiap kepalanya memiliki 70.000 mulut, dan setiap mulut masing-masing memiliki 70.000 lidah, dan setiap lidah berbicara dalam 70.000 bahasa yang berbeda bernyanyi tanpa henti puji-pujian bagi Yang Maha Tinggi.”

Sulit untuk memvisualisasikan makhluk seperti ini. Bagaimana Muhammad tahu bahwa malaikat itu lebih besar dari pada seluruh dunia? Bagaimana ia menghitung jumlah kepala, mulut, lidah dari makhluk itu, dll? Mengapa Allah menciptakan makhluk mengerikan seperti itu?

Apakah ada keraguan berikutnya tersisa dalam halusinasi Muhammad? Setelah melihat absurditas dongen Isra Mi’raj Muhammad banyak pengikut Muhammadnya meninggalkan Islam. Untuk menyelamatkan Muhammad dari rasa malu, Allah menurunkan ayat Al-Qur'an berikut :


“Dan, ketika Kami wahyukan kepadamu: “sesungguhnya Tuhanmu meliputi segala manusia”. Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia…..” (QS 17:60).

Ayat ini terlalu konyol dan praktis tidak berarti apa-apa. Muhammad mengaku telah mengunjungi sebuah baitulah di Yerusalem yang hancur jauh sebelum dia ada dan dia mengaku telah melihat malaikat, makhluk omong kosong di surga, tapi tidak bisa menghasilkan saksi apapun dan Allah ingin umat Islam percaya bahwa Muhammad tanpa banyak tanya karena ini merupakan tes bagi mereka .

Berikut adalah kutipan dari Ibn Ishaq yang menunjukkan bahwa Isra Mi’raj yang terkenal hanyalah halusinasi Muhammad.

Umma, putri Abu Thalib, mengatakan: “Dia [Muhammad] tidur di rumah saya malam itu setelah ia shalat malam. Sedikit sebelum fajar ia membangun kami, dan berkata, ‘Oh Umma, aku pergi ke Yerusalem.’ Dia bangkit untuk pergi keluar dan aku meraih jubahnya sampai pusarnya terlihat. Aku memohon, ‘Wahai Muhammad, jangan beritahu orang-orang tentang hal ini karena mereka akan tahu engkau sedang berbohong dan akan mengejekmu.” (Ishaq: 184)

Pada saat-saat tertentu Muhammad malah terpikir untuk bunuh diri.  Suatu saat ketika wahyu sama sekali berhenti, Muhammad mulai mendaki gunung dan hendak melemparkan diri ke bawah dan mati. Tapi Jibril  menghentikannya di tengah perjalanan dan mengatakan, ‘Wahai Muhammad! Engkau adalah Rasul Allah dan aku Jibril.’ Muhammad melihat ke atas dan melihat Jibril, dalam bentuk seorang pria, meletakkan kakinya di cakrawala. Jibril mengulanginya, ‘Wahai Muhammad! Engkau adalah Rasul Allah dan aku Jibril.’ Muhammad berhenti di tempatnya seakan-akan terhipnotis. Dia mencoba mengalihkan matanya darinya, tetapi kea rah langit manapun ia menoleh, ia melihat Jibril seperti sebelumnya (Sina, 2008, hal. 110).

Jadi kemanapun Muhammad menoleh, ia terus melihat Jibril. Benar-benar komedi ilahi! Jika kita harus menganggap ini sebagai suatu pengalaman Ilahi maka kita harus menghargai cita rasa humornya Allah. Sebaliknya jika kita ingin membuat visualisasi Muhammad terdengar logis, maka kita harus menyimpulkan bahwa citra yang dilihat Muhammad sebenar-benarnya ada dalam kepalanya sendiri. Jadi ke arah manapun Muhammad memutar kepalanya Jibril muncul ke arah itu (Sina, 2008, hal .110).  Pada kesempatan lain, ketika Muhammad berjalan ia mendengar suara dari langit. Ketika ia mendongak, ia melihat Jibril duduk di kursi antara langit dan bumi (Bukhari: 6:60.448). Ini adalah halusinasi indah lainnya. Kita dapat menemukan cacat dalam cerita ini. Muhammad pernah melihat Jibril memiliki 600 sayap. Logikanya makhluk yang memiliki sayap tidak perlu kursi untuk duduk mengapung di antara langit dan bumi. Dan,  jika Jibril  benar-benar dapat duduk di antara langit dan bumi, mengapa tidak ada yang melihatnya? Halusinasi adalah kebohongan menipu, dan bagian terburuk dari berbohong adalah bahwa pembohong cenderung melupakan apa yang telah ia katakan sebelumnya.

Muhammad dengan tulus menganggap semua halusinasi ini sebagai tanda-tanda ilahi. Dengan melihat ketulusannya, banyak pengikut yang lemah logikanya percaya padanya. Tapi banyak orang Mekah cerdas dan matang mengakui bahwa Muhammad menderita penyakit mental.

Dan tentu saja Allah, teman imajiner Muhammad, memberikan sertifikasi atas halusinasinya
sebagai inspirasi Ilahi seperti yang bisa kita lihat di dua Surah Al-Quran berikut.
“sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda Tuhannya yang paling besar.” (QS 53:18)
“Dan sesungguhnya ia melihat Jibril di ufuk yang terang.” (QS 81:23)

Tidak diragukan lagi, Muhammad memiliki daya imajinatif yang hebat, tetapi pemikirannya itu semua serampangan. Dia bukan pemikir orisinal. Dia benar-benar tidak mengerti bagaimana untuk memiliki pemikiran logis dan terorganisir. Ia menjadi cacat oleh penyakit mental. Potongan-potongan kisah ia pelajarinya di sana-sini tentang agama Kristen dan Yahudi, dan berdasarkan ini, otak cacatnya bekerja lembur dan menghasilkan halusinasi tersebut. Setelah Allah mencap halusinasi itu dalam Al-Qur'an dengan otoritas Ilahi-Nya, halusinasi menjadi ilahi. Kekuasaan Allah begitu kuat sehingga tidak ada Muslim yang mampu mempertanyakan kisah-kisah konyol itu sejak kelahiran Islam. Bagi mereka keyakinan mengatasi pemahaman akal sehat. Yang harus mereka lakukan adalah percaya. Logika dan pemahaman tidak memiliki nilai sama sekali. Tidak pernah terpikir oleh otak mereka bahwa suara yang Muhammad dengar mungkin berasal dari suara pikiran Muhammad sendiri yang terganggu.


Kesimpulan

"Anda berbicara kepada Tuhan,berarti  anda religius.
Tuhan berbicara kepada Anda, berarti anda gila”.
--- Doris Egan 


Pengalaman pertama Muhammad dengan Jibril  adalah ‘halusinasi perintah’. Di sini orang merasa bahwa mereka diberitahu apa yang harus dilakukan oleh sosok yang mengesankan atau mistis. Mereka kadang-kadang diperintahkan untuk membunuh seorang tokoh, mengorbankan manusia atau anak, atau merugikan diri mereka sendiri oleh keinginan Tuhan, atau setan, atau setan, atau malaikat, atau alien (Sagan, 1997, hal. 131). Perintah tersebut begitu jelas dan kuat dari suara yang orang lain tidak dengar. Jika mereka enggan untuk mematuhinya, hukuman mengerikan mengancam. Suara-suara biasanya tidak memperkenalkan diri, misalnya, “Ini adalah Allah yang berbicara”, tidak pernah terdengar. Hal ini membuat pasien bertanya-tanya – “Siapa yang mengeluarkan perintah seperti itu? Siapa yang bisa berbicara dalam kepalaku?” Ia menganggap bahwa itu adalah Tuhan atau Yesus atau setan atau kepala badan rahasia mata-mata atau, penjahat atau pemimpin geng.

Muhammad menjustifikasi ‘suara’ ini sebagai intervensi Ilahi  dari Allah. Baginya (hanya untuk dia) halusinasinya adalah pengalaman nyata. Jadi, ketika Muhammad mengatakan bahwa ia telah diperintahkan secara ilahi untuk berkhotbah dalam nama Allah, dia mengatakan ‘kebenaran’ (hanya untuk dia). Ketulusannya dalam klaim nabi-nya dan misi Ilahi didasarkan pada ini ‘kebenaran’ ilusif. Ketulusan Muhammad yang menipu ini menyesatkan banyak orang Arab untuk percaya padanya dan bergabung dengan keyakinannya. Demikianlah Islam dimulai dengan kebohongan.